27 Juli 2012

Kiai Qurtubi


Rumah Kiai Qurtubi terletak tepat di utara Masjid Muritsul Jannah dan bersebelahan dengan masjid. Hingga kini, posisi rumah itu tetap seperti semula dan berdiri kokoh. Tidak hanya rumah sebagai tempat tinggal, tapi juga tersedia ruangan untuk tempat pengajian bagi anak-anak kampung yang belajar al-Quran kepada beliau.

Sebagai tokoh masyarakat dan juga Kiai Kampung, Kiai Qurtubi dengan letak rumahnya yang dekat dengan masjid, memposisikan beliau, meminjam istilah sepak bola, sebagai "penjaga gawang" yang tepat. Bila imam rawatib berhalangan, maka jelas Kiai Qurtubi yang mewakilinya.

Apalagi untuk imam shalat Dhuhur dan Asar yang waktunya di siang dan sore hari, waktu kerja bagi mayoritas warga yang berprofesi sebagai pedagang, maka imam yang tepat untuk kedua waktu shalat ini adalah Kiai Qurtubi. Sungguh berat amanat tersebut. Namun, bagi kiai penyabar ini, hal itu bukan menjadi masalah. Malah, beliau melaksanakannya dengan istiqamah dan senang hati.

Laksana "jimat", Kiai Qurtubi adalah salah satu sosok sentral dalam pengembangan kehidupan beragama. Selain menjadi imam rawatib dan guru ngaji, beliau adalah pemimpin acara tahlil rutin di kampung blok Muris Kotalama yang mewadahi warga di 2 RT. Tiap malam Jumat, secara bergiliran dari rumah ke rumah, Kiai Qurtubi rutin memimpin lantunan tahlil untuk mendoakan arwah para leluhur.

Selain itu, tiap Jumat legi pagi hingga sore, di Masjid Muritsul Jannah selalu diselenggarakan Khotmil Quran. Acara rutin ini telah berlangsung sejak tahun 1999 hingga saat ini. Nah, sebelum pembacaan ayat-ayat suci al-Quran oleh para huffadz dan qari', selalu diawali dengan tawassul dan kirim doa dengan membaca surah al-Fatihah bagi para ahli kubur yang terdaftar nama-namanya. Acara pembuka ini, selalu dipimpin oleh Kiai Qurtubi sebagai sesepuh.

Sepak terjang beliau dalam memimpin aktifitas ritual bagi warga, hingga kapanpun tidak bisa dilupakan. Jasanya dalam mengajarkan al-Quran kepada anak-anak kecil dan generasi muda, akan terus dikenang dan diabadikan sebagai amal jariyah bagi Kiai Qurtubi yang dikaruniai umur panjang oleh Allah swt.

Bukan hanya mengajar saja, akan tetapi, Kiai Qurtubi juga ikut tetap menuntut ilmu. Inilah figur santri yang sesungguhnya, mengajar tapi juga terus belajar. Sewaktu KH Abdullah Sattar Hilmi masih hidup dan menjadi perintis Masjid Muritsul Jannah di tahun 70an, Kiai Qurtubi adalah salah satu muridnya.

Demikian juga dengan Alm. KH Muhsin, Pengasuh Ponpes Al-Maqbul Bululawang itu adalah guru Kiai Qurtubi. Tiap minggu pagi, Kiai Qurtubi bersama beberapa jamaah di Blok Muris Kotalama, berangkat ke Ponpes Al-Maqbul untuk menuntut ilmu agama.

Kiai Qurtubi wafat tepat hari Jumat. Sebelum dimakamkan, jenazahnya disemayamkan di Masjid Muritsul Jannah untuk dishalati. Itulah momen terindah bagi beliau. Seakan-akan, beliau berpamitan untuk terakhir kalinya kepada masjid dan juga kepada semua jamaah.

Menurut as-Sawqy, penyair ternama yang dijuluki sayyidus syu'ara' atau raja penyair, berpandangan bahwa orang yang baik adalah orang yang saat meninggal dunia, ia sanggup tersenyum gembira dengan apa yang diraihnya selama hidup, sementara orang lain yang ditinggalkannya justru menangis karena merasa kehilangan dengan kepergiannya.

Dan, tak diragukan lagi, Kiai Qurtubi adalah salah orang baik itu. Kepergiaannya mampu membuat masyarakat merasa kehilangan sosok yang selama ini turut mendampingi mereka dalam menjalankan aktifitas ibadah. Sang Kiai pembimbing jiwa itu telah pergi dengan meninggalkan sederet jejak yang bisa diteladani.

Selamat Jalan Kiai Qurtubi, semoga Kiai berbahagia di kehidupan akhirat sana.

0 komentar:

Posting Komentar