Rumah Kiai Qurtubi terletak tepat di utara Masjid Muritsul Jannah dan
bersebelahan dengan masjid. Hingga kini, posisi rumah itu tetap seperti
semula dan berdiri kokoh. Tidak hanya rumah sebagai tempat tinggal,
tapi juga tersedia ruangan untuk tempat pengajian bagi anak-anak kampung
yang belajar al-Quran kepada beliau.
Sebagai tokoh
masyarakat dan juga Kiai Kampung, Kiai Qurtubi dengan letak rumahnya
yang dekat dengan masjid, memposisikan beliau, meminjam istilah sepak
bola, sebagai "penjaga gawang" yang tepat. Bila imam rawatib
berhalangan, maka jelas Kiai Qurtubi yang mewakilinya.
Apalagi
untuk imam shalat Dhuhur dan Asar yang waktunya di siang dan sore hari,
waktu kerja bagi mayoritas warga yang berprofesi sebagai pedagang, maka
imam yang tepat untuk kedua waktu shalat ini adalah Kiai Qurtubi.
Sungguh berat amanat tersebut. Namun, bagi kiai penyabar ini, hal itu
bukan menjadi masalah. Malah, beliau melaksanakannya dengan istiqamah
dan senang hati.
Laksana "jimat", Kiai Qurtubi adalah
salah satu sosok sentral dalam pengembangan kehidupan beragama. Selain
menjadi imam rawatib dan guru ngaji, beliau adalah pemimpin acara tahlil
rutin di kampung blok Muris Kotalama yang mewadahi warga di 2 RT. Tiap
malam Jumat, secara bergiliran dari rumah ke rumah, Kiai Qurtubi rutin
memimpin lantunan tahlil untuk mendoakan arwah para leluhur.
Selain
itu, tiap Jumat legi pagi hingga sore, di Masjid Muritsul Jannah selalu
diselenggarakan Khotmil Quran. Acara rutin ini telah berlangsung sejak
tahun 1999 hingga saat ini. Nah, sebelum pembacaan ayat-ayat suci
al-Quran oleh para huffadz dan qari', selalu diawali dengan tawassul dan
kirim doa dengan membaca surah al-Fatihah bagi para ahli kubur yang
terdaftar nama-namanya. Acara pembuka ini, selalu dipimpin oleh Kiai
Qurtubi sebagai sesepuh.
Sepak terjang beliau dalam
memimpin aktifitas ritual bagi warga, hingga kapanpun tidak bisa
dilupakan. Jasanya dalam mengajarkan al-Quran kepada anak-anak kecil dan
generasi muda, akan terus dikenang dan diabadikan sebagai amal jariyah
bagi Kiai Qurtubi yang dikaruniai umur panjang oleh Allah swt.
Bukan
hanya mengajar saja, akan tetapi, Kiai Qurtubi juga ikut tetap menuntut
ilmu. Inilah figur santri yang sesungguhnya, mengajar tapi juga terus
belajar. Sewaktu KH Abdullah Sattar Hilmi masih hidup dan menjadi
perintis Masjid Muritsul Jannah di tahun 70an, Kiai Qurtubi adalah salah
satu muridnya.
Demikian juga dengan Alm. KH Muhsin,
Pengasuh Ponpes Al-Maqbul Bululawang itu adalah guru Kiai Qurtubi. Tiap
minggu pagi, Kiai Qurtubi bersama beberapa jamaah di Blok Muris
Kotalama, berangkat ke Ponpes Al-Maqbul untuk menuntut ilmu agama.
Kiai
Qurtubi wafat tepat hari Jumat. Sebelum dimakamkan, jenazahnya
disemayamkan di Masjid Muritsul Jannah untuk dishalati. Itulah momen
terindah bagi beliau. Seakan-akan, beliau berpamitan untuk terakhir
kalinya kepada masjid dan juga kepada semua jamaah.
Menurut
as-Sawqy, penyair ternama yang dijuluki sayyidus syu'ara' atau raja
penyair, berpandangan bahwa orang yang baik adalah orang yang saat
meninggal dunia, ia sanggup tersenyum gembira dengan apa yang diraihnya
selama hidup, sementara orang lain yang ditinggalkannya justru menangis
karena merasa kehilangan dengan kepergiannya.
Dan, tak
diragukan lagi, Kiai Qurtubi adalah salah orang baik itu. Kepergiaannya
mampu membuat masyarakat merasa kehilangan sosok yang selama ini turut
mendampingi mereka dalam menjalankan aktifitas ibadah. Sang Kiai
pembimbing jiwa itu telah pergi dengan meninggalkan sederet jejak yang
bisa diteladani.
Selamat Jalan Kiai Qurtubi, semoga Kiai berbahagia di kehidupan akhirat sana.
0 komentar:
Posting Komentar