Kalendar Taqwim Standard merupakan rujukan resmi pemerintah Republik
Indonesia dan sekaligus kalendar rujukan bagi umat Islam Indonesia.
Walaupun dalam kalendar tersebut awal Ramadan 1433 H bertepatan dengan
tanggal 21 Juli 2012 dan awal Syawal bertepatan dengan 19 Agustus 2012,
secara resmi keputusan penetapan awal bulan Ramadan 1433 H dan awal
Syawal 1433 H akan dilakukan dalam sidang itsbat. Secara formal untuk
keperluan ibadah umat Islam awal Ramadan dan awal Syawal di Indonesia
ditentukan atau ditetapkan dengan metode hisab dan rukyat, dalam sidang
itsbat yang dipimpin langsung oleh Menteri Agama. Proses penetapan awal
bulan Ramadan dan awal Syawal dalam sidang itsbat tersebut
mempertimbangkan hasil hisab dan hasil rukyat umat Islam yang
dikoordinasi atau diselenggarakan oleh Kementrian Agama, ormas Islam
maupun komponen masyarakat Islam lainnya.
Pengamatan hilal awal Sya’ban 1433 H menunjukkan bahwa hilal dapat
diamati dengan bantuan teleskop, hilal di pondok Bali, Subang – Jawa
Barat misalnya tim pengamat hilal terdiri dari mahasiswa/mahasiswi Prodi
Astronomi dan alumni Prodi Astronomi dipimpin oleh Dr. Mahasenaputra
dan Dr. Dhani Herdiwijaya berhasil mengabadikan hilal tipis (fraksi
illuminasi sekitar 0.7%) pertanda awal Bulan Sya’ban 1433 H. Hilal
tersebut dipotret setelah maghrib melalui teleskop dan direkam dengan
video pada hari Rabu tanggal 20 Juni 2012, yang berarti tanggal 1
Sya’ban 1433 H mulai 20 Juni 2012 setelah maghrib dan dalam kalendar
Taqwim Standar bertepatan dengan tanggal 21 Juni 2012. Hasil pengamatan
hilal ini memperkuat jadual sidang itsbat penetapan 1 Ramadan 1433 H
akan jatuh pada tanggal 29 Sya’ban 1433 H atau bertepatan dengan hari
Kamis tanggal 19 Juli 2012.
Penetapan awal bulan Syawal 1433 H seperti proses yang akan dilakukan
dalam sidang itsbat awal Ramadan 1433 H, yang pada tanggal 29 Ramadhan
1433 H atau dalam kalendar taqwim standart bertepatan dengan tanggal 18
Agustus 2012, sehari setelah perayaan hari Kemerdekaan RI. Sidang itsbat
tersebut dipimpin oleh Menteri Agama RI, selain mengakomodasi hasil
perhitungan atau hisab awal Ramadan maupun awal Syawal 1433 H juga
mengakomodasi hasil rukyat dari berbagai daerah di wilayah Indonesia
pada hari Kamis tanggal 19 Juli 2012 dan hari Sabtu 18 Agustus 2012.
Sidang itsbat yang dihadiri oleh wakil ormas maupun ilmuwan dari berbagi
institusi di Indonesia berfungsi untuk acuan pemersatu dalam mengawali
dan mengakhiri shaum Ramadan bagi umat Islam di Indonesia.
Wilayah Indonesia yang relatif luas mengakibatkan masyarakat di
wilayah Indonesia Timur akan menunggu informasi dengan jedah waktu lebih
lama dari waktu maghrib maupun Isya. Selang waktu menunggu hasil rukyat
tidak terpengaruh oleh tiga zona waktu, atau satu zona waktu karena
ditentukan oleh kedudukan riil Matahari di masing – masing lokasi
pengamatan hilal.
Secara umum sidang itsbat di Jakarta dimulai dengan berbagai
informasi seputar hisab-rukyat dan visibilitas hilal sebelum maghrib,
dilanjutkan dengan shalat maghrib di wilayah Indonesia Barat, dan
kemudian santap malam secukupnya, dilanjutkan dengan sidang itsbat yang
dipimpin oleh Menteri Agama didampingi oleh Ketua MUI. Keberhasilan
pengamatan hilal di wilayah Indonesia Timur akan membantu mempercepat
proses keputusan sidang itsbat, walaupun hasil pengamatan hilal di Aceh
ujung wilayah Indonesia Barat juga dipergunakan sebagai pandangan umum
rukyatul hilal di wilayah Indonesia.
Posisi Bulan dan Matahari?
Secara astronomis posisi Bulan dan Matahari dapat dihitung lebih awal, misalnya posisi Bulan dan Matahari dapat ditentukan untuk keperluan penetapan awal Ramadan dan Syawal 1433 H. Untuk estimasi awal dan akhir Ramadan 1433 H secara berurutan perlu diketahui beberapa hirarchi atau urutan peristiwa astronomis, Pertama: Visibilitas Hilal di dahului dengan ijtimak atau konjungsi Bulan pada akhir Sya’ban 1433 H dan Ramadan 1433 H. Kedua: Estimasi Visibilitas Hilal melalui perhitungan data posisi Bulan saat Matahari terbenam di Pelabuhan Ratu (Ref: muker 2010 : BT 106° 33? 27.8” atau 106°.5577222 dan LS ?7° 01? 44.6” atau ?7°.029055556, tinggi tempat: 52.685 m) atau lokasi lainnya di wilayah Indonesia, dengan beberapa metode perhitungan dan peta global visibilitas Hilal. Ketiga: Menganalisa hasil perhitungan tersebut apakah kedudukan Bulan saat Matahari terbenam sudah cukup memenuhi kriteria visibilitas hilal atau kriteria kesepakatan “penetapan awal Bulan” peserta sidang itsbat.
Awal Ramadan 1433 H
Hilal awal Ramadan 1433 H adalah Lunasi: (Islamic Lunation Number) ILn 17193 berarti kalendar dalam alam, Hilal awal Ramadan 1433 H, Bulan telah berputar 17193 kali sejak awal tahun Hijriah dan Nomor Variant : ILVn 38 dari 235 varian Metonik (siklus penampakan fasa bulan yang sama pada tanggal yang sama dalam kalendar Syamsiah, atau dikenal siklus Metonik, siklus 19 tahun Syamsiah yang bersesuaian dengan 235 kali siklus sinodis Bulan). Ijtimak atau konjungsi akhir Sya’ban 1433 H bertepatan dengan (kalendar Syamsiah) hari Kamis, tanggal 19 Juli 2012 jam 11:25 wib.
Di seluruh wilayah Indonesia tinggi Bulan saat Matahari terbenam masih
kurang dari 2 derajat. Di Pelabuhan Ratu pada tanggal 19 Juli 2012:
Matahari terbenam pada jam 17:52 wib dan Bulan terbenam pada jam 18:00
wib. Tinggi Bulan pada saat Matahari terbenam tanggal 19 Juli 2012 (jam
17:52 wib) adalah +1°20’. Fraksi Illuminasi Bulan masih kurang 1%,
secara umum masih 0.22%.
Pada keesokan hari di Pelabuhan Ratu pada tanggal 20 Juli 2012:
Matahari terbenam pada jam 17:52 wib dan Bulan terbenam pada jam 18:51
wib. Tinggi Bulan pada saat Matahari terbenam tanggal 20 Juli 2012 (jam
17:52 wib) adalah +13°11’. Fraksi Illuminasi sabit Bulan mencapai
2%.?Kondisi posisi Bulan saat Matahari terbenam tanggal 19 Juli 2012
belum memenuhi kriteria visibilitas hilal, jadi hilal baru visible pada
tanggal 20 Juli 2012. Menurut kriteria kesepakatan “kebanyakan ormas
Islam” (tinggi minimal 2 derajat jarak Bulan Matahari 3 derajat dan umur
Bulan 8 jam) dan visibilitas hilal, hilal penentu awal Bulan Ramadan
1433 H baru visibel pada tanggal 20 Juli 2012 setelah Matahari terbenam,
jadi kemungkinan besar awal bulan Ramadan 1433 H mulai 20 Juli 2012
setelah maghrib dan tarawih pertama Ramadan 1433 H mulai 20 Juli 2012
dan shaum pertama pada tanggal 21 Juli 2012.
Sebagian umat Islam di Indonesia ada kemungkinan menyelenggarakan
shaum Ramadhan 1433 H lebih awal dikarenakan menggunakan pemahaman lain,
ketinggian Bulan saat Matahari terbenam di Indonesia pada tanggal 19
Juli 2012 telah dianggap cukup untuk memastikan awal Ramadan 1433H.
Untuk kepastian awal Ramadan 1433 H dapat disimak pada acara sidang
itsbat yang akan diselenggarakan pada 29 Sya’ban 1433 H atau tanggal 19
Juli 2012.
Awal Syawal 1433 H?
Hilal awal Syawal 1433 H adalah Lunasi: ILn 17194 dan Nomor Variant : ILVn 39. Ijtimak atau konjungsi akhir Ramadan 1433 H bertepatan dengan (kalendar Syamsiah) hari Jum’at tanggal 17 Agustus 2012 jam 22:56 wib.
Di Pelabuhan Ratu pada tanggal 17 Agustus 2012: Matahari terbenam pada
jam 17:54 wib dan Bulan terbenam pada jam 17:34 wib. Bulan terbenam
lebih dulu baru disusul terbenam Matahari. Tinggi Bulan pada saat
Matahari terbenam tanggal 17 Agustus 2012 (jam 17:54 wib) adalah –
5°15’. Karena saat Matahari terbenam belum terjadi ijtimak atau
konjungsi (yang akan berlangsung pada jam 22:56 wib) maka fraksi
Illuminasi sabit Bulan Tua kurang dari 1%.
Keesokan harinya di Pelabuhan Ratu pada tanggal 18 Agustus 2012:
Matahari terbenam pada jam 17:54 wib dan Bulan terbenam pada jam 18:25
wib. Tinggi Bulan pada saat Matahari terbenam tanggal 18 Agustus 2012
(jam 17:54 wib) adalah + 6°54’. Fraksi Illuminasi sabit Bulan Muda
mencapai sekitar 1% (0.95%), usia sabit Bulan mencapai 18 jam 58 menit.
Menurut kriteria kesepakatan dan visibilitas hilal, hilal penentu
awal Bulan Syawal 1433 H baru visibel pada tanggal 18 Agustus 2012
setelah Matahari terbenam. Jadi awal bulan Syawal 1433 H mulai 18
Agustus 2012 setelah maghrib dan tarawih berakhir 18 Agustus 2012 dan
shalat Ied 1433 H pada tanggal 19 Agustus 2012. Jadi Ramadan 1433H
terdiri dari 29 hari.
Untuk kepastian awal Syawal 1433 H dapat disimak pada acara sidang
itsbat yang akan diselenggarakan pada 29 Ramadan 1433 H atau tanggal 18
Agustus 2012. (Ijtimak yang berlangsung pada tanggal 17 Agustus 2012 jam
22:56 wib bertepatan dengan 29 Ramadan 1433 H). Sidang itsbat 18
Agustus 2012 untuk memastikan apakah dengan metoda Hisab dan Rukyat
Ramadan 1433 H terdiri dari 29 hari atau 30 hari??Menurut informasi dari
delegasi Negara – Negara yang ikut dalam Musyawarah Penyelarasan Rukyat
dan Taqwim Islam MABIMS di Bali 27 – 29 Juni 2012, kemungkinan besar
muslim di Singapura, Brunei Darussalam dan Malaysia akan memulai Ramadan
1433 H, 21 Juli 2012 dan awal Syawal 1433 H, 19 Agustus 2012.
Visibilitas Hilal sebagai acuan penetapan awal bulan Islam?Adanya
“dualisme” penetapan awal Ramadan dan Syawal, antara “kriteria
kesepakatan awal bulan Islam” dan “visibilitas hilal” perlu usaha
mempersempit jarak pemisah tersebut yaitu memperbaiki kriteria
kesepakatan awal bulan Islam dan memperbanyak lokasi pengamatan hilal
yang andal.
Kegiatan merukyat hilal pada waktu menjelang awal dan akhir Ramadan,
menarik perhatian umat Islam di Indonesia. Hasil rukyat dilaporkan di
bawah sumpah dari Peradilan Agama (Depatermen Kehakiman). Perukyat dapat
dari tim ormas, tim Kementerian Agama, tim BMKG, LAPAN, tim Kementerian
Kominfo dan Observatorium Bosscha, FMIPA Institut Teknologi Bandung
melakukan rukyat di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, baik
wilayah Indonesia Barat, Indonesia Tengah dan Indonesia Timur.
Semangat penyatuan penanggalan Islam ada dalam pimpinan ormas,
walaupun masih sulit dalam mengimplementasikan langkah – langkah menuju
penyatuan kalendar Islam, perjalanan menuju penyatuan kalendar Islam
tetap berjalan. Menyepakati kriteria visibilitas hilal, mengevaluasi
kesepakatan dan menyempurnakan kriteria “awal Bulan Islam”; serta
mengkaji dan memilih model kalendar Islam Indonesia, Regional maupun
Internasional merupakan agenda penting umat Islam di Indonesia.
Proses penyatuan yang diusulkan dari masyarakat/berbagai ormas Islam
dan pemerintah diharapkan akan mempunyai fondasi yang lebih kokoh,
Kementrian Agama sangat diharapkan tetap dapat memfasilitasi perjalanan
penyatuan kalendar Islam di Indonesia, regional maupun Internasional,
mengingat Indonesia merupakan negara dengan umat Islam terbesar di
dunia. Kajian mendalam dari perspektif sains dan syariah tentang
kriteria dan model kalendar Islam Indonesia, yang bertujuan
menyempurnakan model kalendar Taqwim Standar masih terbuka.
Keandalan sistem rukyat nasional juga perlu dikembangkan dan disempurnakan, begitupula struktur dan keanggotaan Badan Hisab Rukyat Nasional maupun daerah.
Dengan semangat persatuan dan kesatuan mari kita sambut bulan suci
Ramadan 1433 H, bulan yang penuh berkah, bulan ibadah bagi umat Islam
untuk membangun kehidupan yang lebih baik di dunia dan di akherat.
sumber:
www.langitselatan.com
www.taufiq.net
sumber:
www.langitselatan.com
www.taufiq.net
0 komentar:
Posting Komentar