KH Hasyim Muzadi saat di Masjid Muritsul Jannah |
Ternyata, KH Hasyim Muzadi juga pernah mengisi pengajian rutin di
Masjid Muritsul Jannah. Malah, sekali dalam seminggu, tiap hari Ahad
malam Senin, Pak Hasyim -begitu panggilan akrabnya di kalangan warga
Kebalen- selalu istiqamah mengajar kitab al-Hikam.
Yah,
kitab karya Ibnu Athaillah yang sarat makna filosofis itu, oleh Pak
Hasyim disampaikan dengan bahasa yang mudah diterima para jamaah sambil
diselingi guyonan khas mantan Ketua Umum PBNU itu. Jamaah pun mengaku
enjoy saat mendengar uraian kitab al-Hikam. Meski materinya berat, namun
mudah dimengerti.
Pengajian rutin yang diasuh Pak Hasyim
Muzadi ini sudah dimulai sejak pertengahan tahun 80an hingga tahun 1990.
Hampir 10 tahun, Pak Hasyim memberi tawsiyah di Masjid Muritsul Jannah
Kotalama Malang. Cukup lama sekali sehingga tidak salah jika nama masjid
ini masih menjadi nostalgia mendalam bagi mantan cawapres RI tersebut.
Ketika
itu, kota Malang masih sangat dingin, tidak seperti saat ini yang
udaranya mulai panas dan penduduknya sangat padat. Angkutan umum juga
masih menjadi alat transportasi primadona bagi warga Arema, terutama
"Bemo". Kendaraan roda tiga inilah yang digunakan Pak Hasyim berangkat
dari rumahnya menuju Masjid Muritsul Jannah. Sebuah perjuangan yang
patut diapresiasi.
Biasanya, Pak Hasyim naik bemo lalu
turun di alun-alun kota Malang. Dari depan Kantor Pos, beliau dijemput
Bapak H. Roudhowi sebagai salah satu pengurus takmir dengan menaiki
sepeda motor. Dengan dibonceng, Pak Hasyim meluncur menuju masjid.
Sebaliknya, setelah pengajian usai bakda shalat Isyak berjamaah dan
dijamu oleh Takmir, Pak Hasyim pun diantar kembali ke alun-alun dengan
berboncengan. Di sana beliau naik bemo lagi untuk pulang ke rumahnya.
Begitulah
aktifitas rutin KH Drs Hasyim Muzadi tiap hari Ahad malam Senin di masa
silam. Yakni, mengisi pengajian kitab al-Hikam di Masjid Muritsul
Jannah yang tahun 2012 ini akan direnovasi. Pada tahun 1988, ketika
renovasi terakhir masjid ini telah diresmikan, kepada Takmir, Pak Hasyim
pernah berkata, "Alhamdulillah, Bah. Masjidnya sudah bagus, semoga
makin berkah bagi jamaah".
Perhatian KH Hasyim Muzadi
terhadap jamaah dan masjid Muritsul Jannah ini memang cukup besar.
Keterikatan secara emosional tersebut sungguh mendalam. Betapa tidak,
sejak beliau masih belum menjadi Ketua PCNU Kota Malang hingga menjabat
Ketua PWNU Jawa Timur dan puncaknya menjabat Ketua PBNU, Pak Hasyim
masih tetap peduli terhadap warga Kebalen Wetan Kotalama Malang.
Pada
tahun 1999, ketika baru sebulan beliau diangkat menjadi Ketua PBNU,
jamaah dan remaja Masjid Muritsul Jannah berencana mengadakan Pengajian
Umum untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad saw. Dengan beramai-ramai,
para pemuda yang dikomandoi Bapak Ngadiyo sebagai ajudan Pak Hasyim
sejak lama, bertamu ke ndalem beliau di Jalan Cengger Ayam Malang.
Para
pemuda itu diterima dengan ramah oleh Pak Hasyim, meski beliau
kelihatan lelah selepas menerima tamu sejak pagi. Selain mengucapkan
selamat atas terpilihnya Pak Hasyim sebagai Ketua Umum PBNU, para remaja
masjid juga memberanikan diri mengundang dan memohon kesediaan Pak
Hasyim menjadi pembicara pengajian umum.
"Wah...wah,
arek-arek iki opo gak sadar, lek sak iki ngundang Ketua PBNU", kelakar
Pak Hasyim yang langsung disambut tawa. Karena nostalgia dan keterikatan
yang sangat mendalam dengan jamaah Muritsul Jannah, Pak Hasyim pun
seperti tidak bisa menolak.
"Baiklah, saya bersedia.
Asalkan, 30 menit sebelum acara inti, saya ditelpon ya supaya saya tidak
lama menunggu di sana, dan saya akan langsung berangkat", ujar beliau.
"Siap,
Pak!", jawab Pak Abdullah Ngadiyo, sosok yang sejak lama menjadi ajudan
Pak Hasyim Muzadi. Pak Yo -begitu panggilan akrabnya- sejak muda telah
menjadi aktivis NU. Sepanjang hidupnya telah diperjuangkan demi
Nadhlatul Ulama. Mulai aktif di Ansor, Pagar Nusa hingga kini pun, tetap
peduli terhadap NU dan bahkan diteruskan oleh putra-putrinya.
Begitu
KH Hasyim Muzadi benar-benar hadir di tengah Pengajian Umum, warga pun
beramai-ramai mendengarkan tawsiyah beliau. "Ini pengajian spesial",
kata Panitia. Pasalnya, pembicara inti adalah Ketua PBNU. Yang patut
dicatat, pengajian umum dan terbuka ini adalah pengajian pertama di kota
Malang dimana Pak Hasyim bertindak sebagai narasumber pasca diangkat
menjadi Ketua PBNU.
Dengan kata lain, hingga kapan pun, KH
Hasyim Muzadi masih tetap di hati jamaah Masjid Muritsul Jannah.
Sebaliknya, masjid dan jamaah ini juga tidak bisa dilupakan oleh beliau,
meski jabatan yang diembannya sudah melambung tinggi.
Inilah
sepenggal sejarah yang menunjukkan betapa Masjid Muritsul Jannah tetap
menjadi persinggahan para habaib, ulama dan kiai besar. Di masjid itu,
pernah hadir hamba-hamba Allah yang shalih. Dan kini, menjadi kewajiban
generasi muda memakmurkan rumah Allah.
Masjid, ulama dan
pemuda, ketiganya ini adalah kunci utama dalam memakmurkan masjid Allah.
Masjid tanpa ulama akan kering. Masjid tanpa pemuda akan mati. Ulama
yang jauh dari masjid, bukanlah ulama sesungguhnya. Demikian juga
pemuda, ia takkan pernah bisa menjadi tokoh besar selama ia tidak punya
pengalaman memakmurkan rumah Allah di muka bumi.
0 komentar:
Posting Komentar