26 Juni 2012

Pak Hasyim dan Masjid Muritsul Jannah

KH Hasyim Muzadi saat di Masjid Muritsul Jannah

Ternyata, KH Hasyim Muzadi juga pernah mengisi pengajian rutin di Masjid Muritsul Jannah. Malah, sekali dalam seminggu, tiap hari Ahad malam Senin, Pak Hasyim -begitu panggilan akrabnya di kalangan warga Kebalen- selalu istiqamah mengajar kitab al-Hikam.

Yah, kitab karya Ibnu Athaillah yang sarat makna filosofis itu, oleh Pak Hasyim disampaikan dengan bahasa yang mudah diterima para jamaah sambil diselingi guyonan khas mantan Ketua Umum PBNU itu. Jamaah pun mengaku enjoy saat mendengar uraian kitab al-Hikam. Meski materinya berat, namun mudah dimengerti.

Pengajian rutin yang diasuh Pak Hasyim Muzadi ini sudah dimulai sejak pertengahan tahun 80an hingga tahun 1990. Hampir 10 tahun, Pak Hasyim memberi tawsiyah di Masjid Muritsul Jannah Kotalama Malang. Cukup lama sekali sehingga tidak salah jika nama masjid ini masih menjadi nostalgia mendalam bagi mantan cawapres RI tersebut.

Ketika itu, kota Malang masih sangat dingin, tidak seperti saat ini yang udaranya mulai panas dan penduduknya sangat padat. Angkutan umum juga masih menjadi alat transportasi primadona bagi warga Arema, terutama "Bemo". Kendaraan roda tiga inilah yang digunakan Pak Hasyim berangkat dari rumahnya menuju Masjid Muritsul Jannah. Sebuah perjuangan yang patut diapresiasi.

Biasanya, Pak Hasyim naik bemo lalu turun di alun-alun kota Malang. Dari depan Kantor Pos, beliau dijemput Bapak H. Roudhowi sebagai salah satu pengurus takmir dengan menaiki sepeda motor. Dengan dibonceng, Pak Hasyim meluncur menuju masjid. Sebaliknya, setelah pengajian usai bakda shalat Isyak berjamaah dan dijamu oleh Takmir, Pak Hasyim pun diantar kembali ke alun-alun dengan berboncengan. Di sana beliau naik bemo lagi untuk pulang ke rumahnya.

Begitulah aktifitas rutin KH Drs Hasyim Muzadi tiap hari Ahad malam Senin di masa silam. Yakni, mengisi pengajian kitab al-Hikam di Masjid Muritsul Jannah yang tahun 2012 ini akan direnovasi. Pada tahun 1988, ketika renovasi terakhir masjid ini telah diresmikan, kepada Takmir, Pak Hasyim pernah berkata, "Alhamdulillah, Bah. Masjidnya sudah bagus, semoga makin berkah bagi jamaah".

Perhatian KH Hasyim Muzadi terhadap jamaah dan masjid Muritsul Jannah ini memang cukup besar. Keterikatan secara emosional tersebut sungguh mendalam. Betapa tidak, sejak beliau masih belum menjadi Ketua PCNU Kota Malang hingga menjabat Ketua PWNU Jawa Timur dan puncaknya menjabat Ketua PBNU, Pak Hasyim masih tetap peduli terhadap warga Kebalen Wetan Kotalama Malang.

Pada tahun 1999, ketika baru sebulan beliau diangkat menjadi Ketua PBNU, jamaah dan remaja Masjid Muritsul Jannah berencana mengadakan Pengajian Umum untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad saw. Dengan beramai-ramai, para pemuda yang dikomandoi Bapak Ngadiyo sebagai ajudan Pak Hasyim sejak lama, bertamu ke ndalem beliau di Jalan Cengger Ayam Malang.

Para pemuda itu diterima dengan ramah oleh Pak Hasyim, meski beliau kelihatan lelah selepas menerima tamu sejak pagi. Selain mengucapkan selamat atas terpilihnya Pak Hasyim sebagai Ketua Umum PBNU, para remaja masjid juga memberanikan diri mengundang dan memohon kesediaan Pak Hasyim menjadi pembicara pengajian umum.

"Wah...wah, arek-arek iki opo gak sadar, lek sak iki ngundang Ketua PBNU", kelakar Pak Hasyim yang langsung disambut tawa. Karena nostalgia dan keterikatan yang sangat mendalam dengan jamaah Muritsul Jannah, Pak Hasyim pun seperti tidak bisa menolak.

"Baiklah, saya bersedia. Asalkan, 30 menit sebelum acara inti, saya ditelpon ya supaya saya tidak lama menunggu di sana, dan saya akan langsung berangkat", ujar beliau.

"Siap, Pak!", jawab Pak Abdullah Ngadiyo, sosok yang sejak lama menjadi ajudan Pak Hasyim Muzadi. Pak Yo -begitu panggilan akrabnya- sejak muda telah menjadi aktivis NU. Sepanjang hidupnya telah diperjuangkan demi Nadhlatul Ulama. Mulai aktif di Ansor, Pagar Nusa hingga kini pun, tetap peduli terhadap NU dan bahkan diteruskan oleh putra-putrinya.

Begitu KH Hasyim Muzadi benar-benar hadir di tengah Pengajian Umum, warga pun beramai-ramai mendengarkan tawsiyah beliau. "Ini pengajian spesial", kata Panitia. Pasalnya, pembicara inti adalah Ketua PBNU. Yang patut dicatat, pengajian umum dan terbuka ini adalah pengajian pertama di kota Malang dimana Pak Hasyim bertindak sebagai narasumber pasca diangkat menjadi Ketua PBNU.

Dengan kata lain, hingga kapan pun, KH Hasyim Muzadi masih tetap di hati jamaah Masjid Muritsul Jannah. Sebaliknya, masjid dan jamaah ini juga tidak bisa dilupakan oleh beliau, meski jabatan yang diembannya sudah melambung tinggi.

Inilah sepenggal sejarah yang menunjukkan betapa Masjid Muritsul Jannah tetap menjadi persinggahan para habaib, ulama dan kiai besar. Di masjid itu, pernah hadir hamba-hamba Allah yang shalih. Dan kini, menjadi kewajiban generasi muda memakmurkan rumah Allah.

Masjid, ulama dan pemuda, ketiganya ini adalah kunci utama dalam memakmurkan masjid Allah. Masjid tanpa ulama akan kering. Masjid tanpa pemuda akan mati. Ulama yang jauh dari masjid, bukanlah ulama sesungguhnya. Demikian juga pemuda, ia takkan pernah bisa menjadi tokoh besar selama ia tidak punya pengalaman memakmurkan rumah Allah di muka bumi.

0 komentar:

Posting Komentar