22 April 2015

Pengertian Masjid

 
Sungguh luar biasa, kata masjid diulang sebanyak 28 kali di dalam Al-qur’an.[1] Masjid berarti tempat beribadah. Akar kata dari masjid adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk.[2] Kata masjid sendiri berakar dari bahasa Arab. Kata masjid dalam bahasa Inggris disebut mosque. Kata mosque ini berasal dari kata mezquita dalam bahasa Spanyol. Dan kata mosque kemudian menjadi populer dan dipakai dalam bahasa Inggris secara luas.

Masjid berasal dari kata sajada yang artinya tempat sujud atau tempat menyembah Allah swt. Secara teknis sujud (sujudun) adalah meletakkan kening ke tanah. Secara maknawi, jika kepada Tuhan sujud mengandung arti menyem-bah, jika kepada selain Tuhan, sujud mengandung arti hormat kepada sesuatu yang dipandang besar atau agung. Sedangkan sajadah dari kata sajjadatun mengandung arti tempat yang banyak dipergunakan untuk sujud, kemudian mengerucut artinya menjadi selembar kain atau karpet yang dibuat khusus untuk salat orang per orang.

Oleh karena itu karpet masjid yang sangat lebar, meski fungsinya sama tetapi tidak disebut sajadah. Adapun masjid (masjidun) mempunyai dua arti, arti umum dan arti khusus. Masjid dalam arti umum adalah semua tempat yang digunakan untuk sujud dinamakan masjid. Setiap muslim boleh melakukan salat diwilayah manapun terkecuali di atas kuburan di tempat-tempat najis dan tempat yang menurut syariat islam tidak sesuai untuk dijadikan solat.
 
Rasullullah saw bersabda:
 (رواه مسلم) اَلْاَرْضُ كُلَّهَا مَسْجِدٌ
“Setiap bagian dari bumi Allah adalah tempat sujud (masjid”)
(HR. Muslim)

Pada hadis yang lain Rasululah bersabda pula:
(رواه مسلم) وَطَهُوْرًا مَسْجِدًا اَلْأَرْضُ لَنَا جُعِلَتْ
“Telah dijadikan bagi kita bumi ini sebagai tempat sujud dan keadaannya bersih”. (HR. Muslim)

Hadits yang yang lain diriwayatkan oleh Bukhari: 323 dan selainnya dari Jabir bin Abdillah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
 
مَسْجِدًا اْلأَرْضُ لِي  جُعِلَتْ وَ شَهْرٍ مَسِيْرَةَ بِالرُّعْبِ نُصِرْتُ قَبْلِي أَحَدٌ يُعْطَهُنَّ لَمْ خَمْسًا أُعْطِيْتُ
فَلْيُصَلّ الصَّلاَةُ أَدْرَكَتْهُ أُمَّتِي مِنْ رَجُلٍ فَأَيُّمَا طَهُوْرًا وَ
 “Aku diberi lima hal yang tidak diberikan kepada seorang pun sebelumku: aku dimenangkan dengan perasaan takut yang menimpa musuhku dengan jarak sebulan perjalanan, bumi dijadikan bagiku sebagai mesjid dan suci, siapa pun dari umatku yang menjumpai waktu shalat maka shalatlah….” (HR.Bukhari)

Sedangkan masjid dalam pengertian khusus adalah tempat atau bangunan yang dibangun khusus untuk menjalankan ibadah, terutama salat berjamaah. Pengertian ini juga mengerucut menjadi, masjid yang digunakan untuk salat Jum'at disebut Masjid Jami`. Karena salat Jum`at diikuti oleh orang banyak maka masjid Jami` biasanya besar. Sedangkan masjid yang hanya digunakan untuk shalat lima waktu, bisa di perkampungan, bisa juga di kantor atau di tempat umum, dan biasanya tidak terlalu besar atau bahkan kecil sesuai dengan keperluan, disebut Musholla, artinya tempat salat. Di beberapa daerah, musholla terkadang diberi nama langgar atau surau. 

Jika melihat sejarah Nabi, ada tujuh langkah strategis yang dilakukan oleh Rasul dalam membangun masyarakat Madani di Madinah.

1.      Mendirikan Masjid,
2.      Mengikat persaudaraan antar komunitas muslim,
3.      Mengikat perjanjian dengan masyarakat non Muslim,
4.      Membangun sistem politik (syura),
5.      Meletakkan sistem dasar ekonomi,
6.      Membangun keteladanan pada elit masyarakat, dan
7.      Menjadikan ajaran Islam sebagai sistem nilai dalam masyarakat.[3]

Ketika Nabi memilih membangun masjid sebagai langkah pertama membangun masyarakat madani. Konsep masjid bukan hanya sebagai tempat salat, atau tempat berkumpulnya kelompok masyarakat (kabilah) tertentu, tetapi masjid sebagai majlis untuk memotifisir atau mengendalikan seluruh masyarakat (Pusat Pengendalian Masyarakat). Secara konsepsional masjid juga disebut sebagai Rumah Allah (Baitullah) atau bahkan rumah masyarakat (bait al jami`).
 
Kehadiran agama islam di bumi nusantara telah malahirkan kebudayaan yang baru yang berasilimilasi dengan yang sebelumnya. Contohnya seperti masjid. Masjid masjid yang punya nilai sejarah diantaranya adalah Masjid Agung Demak di Jawa, Masjid Baiturrahman di Aceh, dan lain lain.[4]

Daftar Pustaka

[1] Budiman Mustofa, 2008, Manajemen Masjid, Surakarta : Ziyad Books. Hlm. 19.
[2] H. Nana Rukmana D.W,  2002, Masjid dan Dakwah, Jakarta : Al-Mawardi Prima. Hlm. 41.
[3] Drs. ABD. Rosyad Shaleh, 1993, Manajemen Dakwah Islam,  Jakarta : PT Bulan Bintang. Hlm. 51-52.
[4] Abdul Baqir Zein, 1999, Masjid Masjid Bersejarah Di Indonesia,  Jakarta : Gema Insani Press. Hlm. 1.

0 komentar:

Posting Komentar