01 November 2012

Mata Air Masjid




Sebelum pengecoran lantai atas, dalam proyek pembangunan Masjid Muritsul Jannah ini, diputuskan menggali sumur melalui bor untuk mendapatkan sumber mata air yang nantinya akan "menghidupi" keperluan masjid seperti bersesuci dan sebagainya.

Selama ini, untuk keperluan air, Masjid Muritsul Jannah mengandalkan aliran air dari pipa PDAM. Pihak PDAM pun telah memasukkan tarif pembayaran air ke golongan sosial sehingga biaya abonemen perbulan relatif murah, sekitar Rp 10.000,-

Namun, oleh karena aliran air tersebut dinilai kurang deras dan diperkirakan kelak tidak sanggup mencukupi kebutuhan masjid yang begitu besar dan jamaah yang jumlahnya juga akan jauh lebih banyak, maka keputusan untuk menggali mata air di dekat masjid merupakan keputusan yang tepat.

Dengan bergotong royong, penggalian pun dimulai, tentunya dengan mendatang ahlinya. Dan, alhamdulillah, ada seorang dermawan -sebut saja Hamba Allah- yang bersedia membiayai pengeboran beserta pembelian pompa air dan sebagainya sehingga proyek mata air ini bisa berjalan sukses.

Tepat 2 hari menjelang hari raya Idul Adha 1433 H, sumber mata air yang dibor selama 3 hari itupun mengeluarkan air jernih dan deras. Yah, tepat di hari Tarwiyah, 8 Dzul-Hijjah 1433 atau Rabu 24 Oktober 2012, mata air masjid Muritsul Jannah mengalir. Inilah sejarah yang patut dicatat. Di saat yang tepat, air itu laksana hujan rahmat di tengah terik matahari.

Peristiwa ini, bagi sebagian orang barangkali sudah biasa. Pasalnya, tidak hanya masjid Muritsul Jannah saja yang kini memiliki sumber mata air seperti ini, masjid lain, pesantren, kampus, perusahaan atau bahkan hotel pun juga memiliki sumber mata air. Sehingga, tampak tidak istimewa.

Selain itu, kualitas kadar air di sumber mata air Masjid Muritsul Jannah juga belum diteliti. Melihat lokasinya yang berada di tengah kota, sangat boleh jadi, mata air masjid ini masih kalah kualitas kandungan mineralnya dengan mata air pegunungan sehingga tampak juga tidak begitu istimewa.

Namun, satu hal yang perlu dicatat dan bagi penulis pribadi, hal ini tetap istimewa dan luar bias. Adalah bahwa tanpa dijadwalkan sebelumnya, ternyata keluarnya air dari sumber masjid Muritsul Jannah ini selaras dan identik dengan peristiwa besar dalam sejarah Islam terkait kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Sebab, waktu keluarnya mata air masjid ini tepat di bulan mulia, Dzul-Hijjah, bulan yang mengingatkan pada sosok Nabi Ibrahim as.

Sebagaimana kita tahu, Nabi Ibrahim dan putranya Ismail dikenal sebagai "panitia" renovasi Ka'bah. Selain itu, keberadaan sumur Zamzam di sekitar Masjidil Haram merupakan sinyal akan pentingnya air. Masjid dan air adalah dua unsur utama yang mampu memenuhi kebutuhan asasi manusia. Dengan masjid, ruhani manusia menjadi tenang, dan dengan air jasmani manusia menjadi hidup.

Korelasi peristiwa bersejarah dalam Islam yang terjadi di bulan Dzul-Hijjah itu, dengan izin Allah, ternyata juga mampu dinapak-tilasi oleh seluruh Jamaah Masjid Muritsul Jannah di saat yang tepat dan di waktu yang penuh berkah.

Terlebih lagi, tiga hari setelah mata air masjid mengalir, di kampung blok Muris ini juga ada penyembelihan hewan kurban berupa sapi dan kambing. Kontan saja, air dari sumber tersebut dapat langsung dimanfaatkan oleh para jamaah untuk keperluan kurban.

Sungguh, peristiwa ini sangat korelatif dan munasabah dengan peristiwa bersejarah di bulan Dzul-Hijjah, padahal tanpa dijadwalkan sebelumnya oleh Panitia Pembangunan. Semua seakan berjalan natural, mengalir mengikuti takdir.

Subhanallah, ternyata Allah menghendaki yang terbaik bagi masjid-Nya dan itu terbukti dengan mengalirnya mata air masjid di waktu dan momen yang tepat. Ke depan, untuk keperluan air, Masjid Muritsul Jannah akan bertumpu pada sumber mata air tersebut, selain juga masih tetap menggunakan jasa pipa air dari PDAM sebagai cadangan.

Air adalah lambang kehidupan. Tanpa air, hidup ini akan kering dan lama-kelamaan akan mati. Air adalah rizeki dari Allah. Dengan air pula, Allah menciptakan segala sesuatu. Oleh karena itu, air masjid ini adalah petanda bahwa Masjid Muritsul Jannah Masa Depan akan jauh lebih hidup, lebih bertabur berkah dan rizeki dari Allah.

Dan, yang tidak kalah pentingnya, posisi Masjid Muritsul Jannah dan sumber mata airnya akan menjadi tumpuan kebutuhan jasmani dan ruhani para jamaah dalam mengemban dan menjalan misi utama hidup, yakni ibadah kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, Penguasa alam semesta.

0 komentar:

Posting Komentar